Setiap manusia mempunyai kecerdasan spiritual, tetapi
jarang dikenali dan dimanfaatkan oleh setiap pribadinya karena dimensinya yang
tidak kasat akal-rasa, walaupun potensinya sangat luar biasa atau supara
rasio-emosional. Padahal SQ ini punya peran paling penting dan dominan di
antara kecerdasan lainnya di dalam kehidupan manusia karena tanpanya maka
manusia tidak akan bisa berbuat banyak, tidak bisa berkembang potensinya, atau
dengan kata lain “Hidup tetapi sesungguhnya mati”.
Umumnya, orang-orang berpikir bahwa seseorang yang
cerdas spiritualnya mempunyai ilmu agama yang tinggi. Sedangkan fakta
menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan spiritual seseorang tidak selalu
ditentukan oleh tingkat religiusitas, psikologis, intelektualitas, maupun
umur. Mayoritas (90-99%) manusia yang tidak cerdas SQ, akibatnya:
1. Kehendaknya berlawanan dengan kehendak Tuhan
2. Motivator kehidupannya salah (Data Harvard : 90 %)
3. Cara berpikirnya salah
4. Karakternya tidak dewasa, tidak menerima nasib dan
takdir-Nya
5. Visi-motivasi imannya tidak aktif
6. Tidak menikmati / mensyukuri nikmat atau limpahan
rahmat-Nya
Tanda-tanda
dari SQ yang telah berkembang baik mencangkup hal-hal berikut:
- Kemampuan bersikap fleksibel
(adaptif secara spontan dan aktif)
- Tingkat kesadaran diri yang
tinggi
- Kemampuan untuk menghadapi
dan memanfaatkan penderitaan
- Kemampuan untuk menghadapi
dan melampaui rasa sakit
- Kualitas hidup yang diilhami
oleh visi dan nilai-nilai
- Keengganan untuk menyebabkan
kerugian yang tidak perlu
- Kecenderungan untuk melihat
keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan “holistik”)
- Kecenderungan nyata untuk
bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban
yang mendasar
Mengutip Tony Buzan, pakar mengenai otak dari Amerika,
menyebutkan bahwa ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah
senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan
hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung
dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini,
kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik.
Seseorang yang SQ-nya tinggi juga
cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian –yaitu seseorang yang
bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada
orang lain dan memberikan petunjuk penggunaannya. Dengan kata lain, seseorang yang memberi inspirasi
kepada orang lain. Seseorang yang cerdas spiritualnya berprinsip dari
dalam, bukan dari luar atau tidak terpengaruh oleh lingkungannya.
Contohnya seperti seseorang yang mampu memaknai perkerjaannya sebagai
pengabdiannya kepada Tuhan dan demi kepentingan umat manusia yang
dicintainya. Ia adalah seorang raja atas jiwanya sendiri yang bebas
merdeka. Sebuah penggabungan atau sinergi antara rasionalitas dunia (EQ
dan IQ) dan kepentingan spiritual (SQ).
“Tapi carilah, dengan (kekayaan) yang dianugerahkan Tuhan kepadamu, negeri akhirat, dan janganlah lupa bagianmu di dunia ini. Berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah mencari (kesempatan) melakukan kerusakan di muka bumi ini. Sungguh, Allah tidak suka orang-orang yang melakukan kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash : 7)
Referensi:
Anonim. 2009. http://sqreformation.com/about/
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2007. “SQ
Kecerdasan Spiritual”. Bandung: Mizan
No comments:
Post a Comment